Tesis

Pengembangan Pedoman Penggunaan Repetitive Transcranial Magnetic Stimulation (rTMS) pada Anak dan Remaja dengan Gangguan Pemustan Perhatian dan Hiperaktivitas = Development of Repetitive Transcranial Magnetic Stimulation (RTMS) Guideline for Children and Adolescents with Attention Deficit and Hyperactivity Disorder.

Gangguan Pemusatan Perhatian dan Hiperaktivitas (GPPH) adalah gangguan yang berlangsung seumur hidup, GPPH dapat bertahan sampai dewasa, dengan dampak pada gangguan kemampuan sosial, akademik dan fungsi pekerjaan. GPPH merupakan suatu gangguan psikiatri pada masa kanak yang paling sering ditemukan dan menjadi masalah kesehatan yang merugikan masyarakat. Tatalaksana GPPH saat ini umumnya efektif, namun sekitar 30% pasien tidak memberikan respon yang baik terhadap terapi. Dalam 20 tahun terakhir dikembangkan terapi repetitive transcranial magnetic stimulation (rTMS), meningkatkan harapan untuk terapi gejala utama GPPH. Namun hingga saat ini belum didapatkan Pedoman penggunaan rTMS pada anak dan remaja dengan GPPH. Oleh karena itu, perlu dilakukan penelitian untuk mengembangkan pedoman penggunan rTMS pada anak dan remaja dengan GPPH di RSCM. Penelitian ini dilakukan dengan desain kualitatif, berupa studi serial kasus, dengan 3 kasus yang diambil dari Poli Jiwa Anak dan Remaja RSCM. Kriteria inklusi adalah anak dan remaja berusia 7 hingga 18 tahun dengan diagnosis GPPH sesuai kriteria diagnosis DSM-5 serta catatan hasil pemeriksaan awal dokter psikiater anak dan remaja pada rekam medis, pasien sedang menjalani terapi metilfenidat di poliklinik rawat jalan Psikiatri anak dan remaja RSCM, telah menjalani penggunaan terapi metilfenidat sekurang-kurangnya 2 minggu, memiliki nilai ACTRS lebih atau sama dengan 12, pasien dan orangtua memahami Bahasa Indonesia dengan baik dan bersedia mengikuti penelitian dan menandatangani surat persetujuan penelitian. Dilakukan rTMS sebanyak 5 kali berturut-turut dengan frekuensi 1 Hz, MT 90%, dan total puls 1500. Seluruh data yang diperoleh dikumpulkan, dilakukan reduksi data, dan dismpulkan, sesuai cara Miles dan Huberman. Dari hasil penelitian dapat disimpulkan bahwa pedoman penggunaan alat rTMS pada anak dan remaja dengan GPPH dapat digunakan di RSCM. Selama penelitian dijumpai keluhan-keluhan fisik yang dirasakan selama sesi terapi, namun bersifat sementara. Hasil penelitian juga menunjukkan penurunan nilai ACTRS rata-rata 30%, pada pasien setelah dilakukan intervensi rTMS. Oleh karena itu, pedoman penggunaan rTMS pada anak dan remaja dengan GPPH dapat diaplikasikan dengan tetap mengevaluasi keluhan-keluhan fisik yang dirasakan pasien. Diharapkan dengan adanya pedoman ini, akan semakin memudahkan klinisi dalam penggunaan rTMS pada pasien anak dan remaja dengan GPPH.
Kata Kunci: Gangguan pemusatan perhatian dan hiperaktivitas, rTMS, ACTRS, Pedoman


Attention Deficit and Hyperactivity Disorder (ADHD) is a lifelong disorder, ADHD can last into adulthood, with an impact on social, academic and occupational functioning. ADHD is a child psychiatric disorder that is frequently found and detrimental to the community. Current management of ADHD generally effective, although 30% of patients do not well respond. Repetitive transcranial magnetic stimulation (rTMS) therapy has been developed, in the last 20 years raising hopes for the treatment of the main symptoms of ADHD. However, until these days, rTMS guideline for ADHD in Child and Adolescent is not available. Therefore, it is necessary to conduct research to develop rTMS guidelines for children and adolescents with ADHD in RSCM. This research was conducted with a qualitative design, in the form of a case series study, with 3 cases taken from the Child and Adolescent RSCM Psychiatric Outpatient Clinic. Inclusion criteria were children and adolescents aged 7 to 18 years with a diagnosis of ADHD according to the DSM-5 diagnostic criteria as well as notes on the results of the initial examination by child and adolescent psychiatrists in the medical record, the patient was undergoing methylphenidate therapy at the Child and Adolescent Psychiatry RSCM Outpatient Clinic, had underwent the use of methylphenidate therapy for at least 2 weeks, had an ACTRS score of more than or equal to 12, the patient and parents fluently speaking in Bahasa, were willing to participate in the study and signed Consent. Patients were performed 5 times sequence rTMS, with a frequency of 1 Hz, MT 90%, and a total pulse of 1500. All data were collected, reduction, and concluded, according to Miles and Huberman's method. Results of the study, rTMS guidelines can be used in RSCM. During the study, temporary physical complaints were found. There is a decrease by 30% in ACTRS score after rTMS intervention. Therefore, rTMS guidelines in children and adolescents with ADHD can be applied while evaluating the patient's physical complaints. It is hoped that this guide will make it easier for clinicians to use rTMS in child adolescent patients with ADHD.
Keywords: Attention deficit hyperactivity disorder, rTMS, ACTRS, Guideline.

Judul Seri
-
Tahun Terbit
2021
Pengarang

Manoe Bernd Paul - Nama Orang
Fransiska M. Kaligis - Nama Orang
Tjhin Wiguna - Nama Orang
Raden Irawati Ismail - Nama Orang

No. Panggil
T21464fk
Penerbit
Jakarta : Sp-2 Ilmu Kesehatan Jiwa.,
Deskripsi Fisik
xvi, 169 hlm. ; 21 x 30 cm
Bahasa
Indonesia
ISBN/ISSN
-
Klasifikasi
NONE
Edisi
-
Subjek
Info Detail Spesifik
Tanpa Hardcopy
T21464fkT21464fkPerpustakaan FKUITersedia
Image of Pengembangan Pedoman Penggunaan Repetitive Transcranial Magnetic Stimulation (rTMS) pada Anak dan Remaja dengan Gangguan Pemustan Perhatian dan Hiperaktivitas = Development of Repetitive Transcranial Magnetic Stimulation (RTMS) Guideline for Children and Adolescents with Attention Deficit and Hyperactivity Disorder.

Related Collection